Pertumbuhan Fotovoltaik: Analisis Potensi Berdasarkan Data Global dan Tren Investasi

Mengenai Inverter Fungsi, Teknologi, dan Keuntungan (23)

Pendahuluan

Dalam beberapa dekade terakhir, energi terbarukan telah menjadi fokus utama dalam upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan emisi gas rumah kaca. Salah satu teknologi energi terbarukan yang berkembang pesat adalah fotovoltaik, yang memanfaatkan sinar matahari untuk menghasilkan listrik. Meskipun kontribusi fotovoltaik dalam total produksi listrik dunia masih relatif kecil, potensinya untuk pertumbuhan di masa depan sangat besar. Artikel ini membahas tentang investasi terkini dalam potensi pertumbuhan fotovoltaik, mencakup pangsa pasar saat ini, negara-negara yang berinvestasi dalam teknologi ini, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi.

Data Produksi Listrik Global

Mari kita mulai dengan melihat kondisi energi terbarukan saat ini. Jika kita perhatikan penggunaan listrik secara keseluruhan, lebih dari 75 persen listrik dunia dihasilkan dari bahan bakar fosil. Sekitar 25 persen berasal dari energi terbarukan, di mana 16 persen berasal dari tenaga air, dan hanya 1,5 persen dari fotovoltaik. Saat ini, tenaga air mendominasi portofolio energi terbarukan untuk listrik, sementara tenaga surya fotovoltaik merupakan bagian terkecil. Meskipun begitu, fotovoltaik menjadi salah satu sektor dengan potensi pertumbuhan terbesar, sedangkan tenaga air cenderung stagnan karena terbatasnya sumber daya geografis.

Kita juga dapat membandingkan hal ini dalam hal investasi moneter. Jika kita melihat investasi dari tahun 2012 hingga 2016, terdapat investasi yang stabil dalam bahan bakar fosil dan tenaga nuklir di seluruh dunia. Di sisi energi terbarukan, sebagian besar investasi diarahkan pada fotovoltaik surya, dengan tenaga angin berada di posisi kedua. Perlu dicatat bahwa tenaga air tetap datar dan bahkan mulai menyusut karena terbatasnya fasilitas hidroelektrik yang tersedia.

Di berbagai belahan dunia, di mana terdapat banyak sumber daya fotovoltaik potensial, sumber daya alam lainnya terbatas. Jadi, siapa yang membutuhkan listrik dan mengapa? Meskipun sebagian besar dunia telah teraliri listrik, masih ada populasi besar yang belum memiliki akses listrik dalam bentuk apapun. Misalnya, di beberapa bagian dunia, hanya 45 persen orang di Afrika yang memiliki listrik, sementara 634 juta orang tidak memiliki akses listrik sama sekali, baik yang bersumber dari energi terbarukan maupun non-terbarukan, baik grid maupun off-grid.

Melihat kelompok terbesar tanpa akses listrik, mayoritas berada di Afrika Sub-Sahara, diikuti oleh negara-negara berkembang di Asia, kemudian Amerika Latin dan Timur Tengah. Semua wilayah ini masih kurang berkembang dalam hal dukungan kelistrikan. Jika mereka pada akhirnya berinvestasi dalam elektrifikasi, mereka bisa memilih energi fosil konvensional atau energi terbarukan. Mengingat lokasi geografis mereka, fotovoltaik akan menjadi pilihan yang sangat masuk akal. Jadi, jika kita melihat di mana fotovoltaik memiliki potensi pertumbuhan terbesar dan potensi kewirausahaan dalam sektor listrik, negara-negara dan wilayah-wilayah ini perlu diperhatikan.

Lalu, mengapa beberapa negara memiliki investasi fotovoltaik yang besar sementara negara lainnya jauh lebih sedikit, meskipun mereka sudah teraliri listrik? Jika kita melihat kebijakan fotovoltaik yang ada saat ini, kita bisa melihat bahwa sebagian besar negara di Eropa dan Asia memiliki kebijakan energi terbarukan nasional. Amerika Serikat dan Kanada memiliki sesuatu yang sedikit berbeda, yaitu persyaratan berbasis negara bagian, bukan federal. Beberapa negara baru mulai menambahkan kebijakan sekarang, namun perlu dicatat bahwa sebagian besar negara di Afrika serta Timur Tengah belum memiliki kebijakan energi terbarukan. Karena tidak adanya kebijakan energi terbarukan, hal ini menjelaskan mengapa mereka tidak mendorong investasi dalam instalasi energi terbarukan, termasuk fotovoltaik.

Lalu, bagaimana kita bisa mulai membiayai semua tenaga surya ini mengingat adanya potensi besar? Meskipun ada potensi, biaya menjadi perhatian. Kabar baiknya adalah harga terus menurun secara eksponensial. Jika kita melihat harga pada tahun 1976, hampir mencapai $100 per watt. Namun hari ini, harganya mendekati $1 atau bahkan di bawah $1 per watt, yang sangat mengesankan. Namun, penurunan ini juga mulai melambat karena masih ada beberapa biaya tambahan seperti integrasi utilitas dan perizinan. Tetapi tetap saja, biaya terbesar dari pemasangan modul PV telah menurun secara signifikan.

Ada banyak informasi yang bisa diperoleh tentang fotovoltaik, kebijakan, dan pasar, yang terus berubah. Jadi, sumber informasi apa yang tersedia? Ada beberapa sumber yang baik, baik dari kelompok non-komersial maupun pemerintah. Salah satunya adalah IEA atau International Energy Agency, yang secara rutin menerbitkan laporan tentang prospek berbagai sumber energi, termasuk fotovoltaik.

Kesimpulan

Fotovoltaik adalah salah satu sektor energi terbarukan yang memiliki potensi pertumbuhan paling besar di masa depan. Meskipun saat ini kontribusinya dalam total produksi listrik masih kecil, penurunan biaya dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya energi terbarukan menjadikannya pilihan yang menarik bagi negara-negara yang ingin berinvestasi dalam energi bersih. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan akses informasi yang memadai, fotovoltaik dapat memainkan peran kunci dalam transisi global menuju energi yang lebih berkelanjutan. Melalui studi kasus Amerika Serikat yang akan dibahas pada segmen berikutnya, kita dapat melihat bagaimana investasi dalam fotovoltaik dapat menjadi model bagi negara-negara lain di dunia.

Referensi

Abrams, Neal. “Growth Potential of Photovoltaics.” Solar Energy Basics. Coursera. https://www.coursera.org/learn/solar-energy-basics/lecture/Suah9/growth-potential-of-photovoltaics

Map – Countries with Renewable Power policies by type, 2016 – From REN21, 2017. “Renewables 2017 Global Status Report” (Paris: REN21 Secretariat)

Additional graphs created by Abby Webster

Penulis

Mochammad Farros Fatchur Roji

Desainer

Felix Tanoto